Bulan sempat memiliki lapisan atmosfer


Ilustrasi Bulan purba yang memperlihatkan Cekungan Imbrium, dengan letusan lahar, mengeluarkan gas, dan menghasilkan atmosfer yang terlihat.
Ilustrasi Bulan purba yang memperlihatkan Cekungan Imbrium, dengan letusan lahar, mengeluarkan gas, dan menghasilkan atmosfer yang terlihat. | NASA MSFC
Saat ini Bulan tampak sebagai sebuah benda langit yang gelap dan permukaan yang penuh cekungan. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan adanya kemungkinan bahwa beberapa miliar tahun lalu langit satelit Bumi itu pernah memiliki warna berbeda karena adanya atmosfer.
Tim peneliti di Marshall Space Flight Center NASA di Huntsville, Alabama, dan Lunar and Planetary Institute (LPI) di Houston, Amerika Serikat, menghitung berapa banyak gas yang telah dilepaskan dari aktivitas vulkanik di Bulan beberapa miliar tahun yang lalu.

Hasil penelitian itu, yang diterbitkan di Earth and Planetary Science Letters, sungguh mengejutkan.
Mereka menemukan bahwa lebih dari empat miliar tahun yang lalu, Bulan memiliki periode aktivitas vulkanik yang intens. Letusan-letusan yang terjadi mengeluarkan sejumlah besar gas dan lahar. Gas-gas itu terakumulasi lebih cepat daripada yang bisa mereka lepaskan ke luar angkasa sehingga membentuk atmosfer.
Atmosfer tersebut diperkirakan sempat bertahan di langit Bulan selama sekitar 70 juta tahun.
Meski atmosfernya sangat tebal ketimbang standar bulan, namun lebih tipis jika dibandingkan dengan Bumi. Pada puncaknya, atmosfer bulan akan memberikan tekanan sekitar 1 kilopascal, sedangkan di permukaan laut di Bumi, kita mengalami tekanan sekitar 100 kilopascal.
Untuk menghitung berapa banyak gas yang ada di atmosfer bulan purba, ilmuwan Debra H. Needham dari NASA Marshall Space Flight Center dan ilmuwan senior staf David A. Kring dari Lunar and Planetary Institute (LPI) menganalisis arus lahar kuno di permukaan bulan.
Permukaan bulan kini dihiasi dengan cekungan yang penuh dengan basalt vulkanik. Dataran basalt ini, yang disebut maria ini, terbentuk saat bulu magma dari dalam bulan meletus ke permukaan, menciptakan aliran lahar.
Peta lahar basaltik yang memancarkan gas pada Bulan.
Peta lahar basaltik yang memancarkan gas pada Bulan. | Debra Needham /USRA
Astronaut dari misi Apollo 15 dan 17 tahun 60 dan 70an membawa kembali sampel dari maria ke Bumi. Sampel ini juga menjadi objek penelitian. Dengan memeriksa batuan tersebut, para peneliti menentukan jenis gas apa yang ada--sambil memetakan aliran lahar yang dipadatkan, mereka memperkirakan total volume gas yang dihasilkan.
Dalam sampel batuan, para peneliti menemukan bukti karbon monoksida, hidrogen dan oksigen (bahan untuk air), belerang, dan sejumlah gas lainnya. Selanjutnya, para peneliti menggunakan batu untuk menghitung kapan periode vulkanisme lunar yang paling intens terjadi--yakni sekitar 3,8 miliar dan 3,5 miliar tahun yang lalu.
"Karya ini secara dramatis mengubah pandangan kita tentang bulan dari tubuh berbatu yang mengapung sampai yang dulu dikelilingi oleh atmosfer yang lebih merata daripada Mars di sekitarnya hari ini," kata Kring dalam siaran persnya.
Bulan kini tidak memiliki atmosfer. Hal ini karena medan magnetnya kurang kuat dan bobot yang tidak cukup untuk menahan atmosfer di sekitarnya. Tidak seperti Bumi, yang memiliki massa dan daya tarik yang cukup untuk menahan atmosfer, lapisan atmosfer apapun di sekitar Bulan akan dengan cepat akan dilucuti oleh angin matahari.
Pandangan tradisional terhadap Bulan telah lama terpaku pada suasananya yang kering dan sepi.
"Memiliki atmosfer seperti Mars akan sangat berbeda," kata Needham. "Anda mungkin punya angin. Anda mungkin memiliki proses yang pastinya tidak ada saat ini di permukaan Bulan."
Ini juga berarti saat itu Bulan akan terlihat sangat berbeda dari Bumi, berbeda dari yang kita lihat dari Bumi sekarang. Tidak hanya jaraknya akan tampak tiga kali lebih dekat (dan karenanya terlihat tiga kali lebih besar di langit), tapi ia pasti dikelilingi oleh lapisan atmosfer yang terlihat.
Apakah saat itu langit Bulan juga biru seperti di Bumi? Kring tidak tahu.
"Kita bisa menghitung kelimpahan beberapa gas tapi tidak semuanya," katanya. "Sampai Anda tahu gas-gas lain itu apa, Anda baru bisa menebak warnanya."
Meskipun sebagian besar atmosfer Bulan akhirnya lolos dari gravitasi dan melayang ke luar angkasa, ada beberapa gas yang bisa menetap ke dalam proses pembekuan, seperti di kawah dekat kutub bulan.
Jika demikian, gas-gas yang mudah menguap ini mungkin terjebak dalam endapan es, membentuk waduk udara dan bahan bakar yang bisa dimanfaatkan para astronaut untuk misi masa ke Bulan pada masa mendatang.

https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/bulan-sempat-memiliki-lapisan-atmosfer

Komentar

Postingan populer dari blog ini